January 31, 2022 | Zoleka Social Act

Rudy Adriansyah: Mengisi Waktu Mengembangkan Pendidikan

Pendidikan bisa didapatkan tidak hanya di sekolah atau di rumah. Bahkan kakak-kakak di sekitar tempat tinggal pun bisa menjadi guru yang baik. Seperti yang dilakukan oleh Rudy Adriansyah dan teman-temannya di Sawangan, Depok. Mereka mendirikan Taman Bacaan Perigi yang menampung anak-anak untuk belajar dan bermain bersama di waktu luang.

Rudy Adriansyah: Mengisi Waktu Mengembangkan Pendidikan

Menurut Rudy, Taman Bacaan perigi bermula dari sebuah organisasi Pengajian. Saat itu, Rudy dan teman-temannya masih muda dan belum menikah. Waktu luang yang dimiliki masih banyak. Jadi agar tidak hanya nongkrong dan akhirnya terjerumus ke hal negatif, mereka mencoba berbuat kebaikan dan membuat perubahan di lingkungan sekitarnya. Akhirnya organisasi pengajian ini pun terus berkembang.

Namun para pemuda juga merasa tidak ingin hanya fokus di kegiatan religi saja. Kegiatan yang dilakukan dibuat semakin beragam ke arah literasi, seni budaya, sosial, edukasi, dan lain-lain. Ide untuk membuat sebuah taman baca pun dicetuskan. Buku-buku dengan cepat dikumpulkan dan disimpan dalam di rak-rak taman baca untuk semua anak-anak yang ingin membaca. Akhirnya pada tanggal 29 Juli 2012, lurah setempat pun meresmikannya dengan nama Taman Bacaan Perigi. 

Taman Bacaan Perigi berlokasi di Jl. Pahlawan No. 48 RT 04/RW 07, Kedaung, Kec. Sawangan, Depok. Nama "Perigi" sendiri diambil dari nama lama wilayah tersebut. Rudy berusaha menghidupkan kembali nama tersebut sehingga dipakai sebagai nama taman baca. Sekarang setelah hampir 10 tahun, Taman Bacaan Perigi telah melewati 3 generasi kepengurusan dan kegiatan yang dilakukan pun semakin rutin. Ada 3 jenis kegiatan yang rutin dilakukan di sini. 

Yang pertama adalah kegiatan tahunan alias setahun sekali. Kegiatan jenis ini ada 3 pula, antara lain Ngabuburit Pintar, Festival Buku dan Kreativitas (FesBuk), dan Hari Jadi Taman Bacaan. Ngabuburit Pintar, seperti namanya, adalah kegiatan tahunan yang dilakukan setiap bulan Ramadhan. Lewat kegiatan ini, anak-anak bisa menunggu bersama waktu berbuka dengan berbagai macam kegiatan, mulai dari mengaji, bermain, menggambar, dan lain-lain.

FesBuk sendiri adalah kegiatan besar biasa dilakukan di Bulan Oktober dan November untuk merayakan bulan bahasa dan hari Pahlawan. Kegiatan yang dilakukan pun beragam, mulai dari festival buku, pameran buku, festival budaya, keagamaan, dan lain-lain. 

Yang kedua adalah kegiatan bulanan. Meski dilakukan rutin tiap bulan, tetapi tema dan kegiatan yang dipilih beragam. “Program Bulanan itu spontan, tidak terlalu terpaku pada 1 hal. Bisa materi apapun menyesuaikan dengan materi-materi yang memang ingin diajarkan,” kata Rudy menjelaskan lebih lanjut. 

Terakhir, ada kegiatan mingguannya yang biasanya diadakan oleh kampus setempat. Kakak-kakak dari kampus seperti  Universitas Pamulang atau Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah rutin datang setiap minggu untuk program pengabdian masyarakat. Mereka akan berkumpul bersama anak-anak untuk mengajar banyak ilmu edukasi, misalnya membaca, berkebun, bedah buku, dan lain-lain.

Rudy Adriansyah: Mengisi Waktu Mengembangkan Pendidikan

Kegiatan kerjasama dengan lembaga luar ini tidak hanya dengan kampus. Rudy merasa bersyukur bahwa generasi muda kepengurusan Taman Bacaan Perigi sekarang memiliki banyak koneksi. Sehingga kerjasama dengan pihak luar seperti kampus, PTBM, dan lain-lain di Jawa Barat bisa mudah dilaksanakan.

Rudy juga tidak lupa mengingatkan bahwa Taman Bacaan Perigi ini terbuka untuk umum. Semua anak-anak bisa datang kapan saja, asalkan bukunya tidak dibawa pulang. Si kecil juga bisa bergabung dalam kegiatannya tanpa syarat. Saat ini sudah ada lebih dari 60 anak-anak usia 5 sampai 12 tahun. Ada juga anak SMP SMA yang ikut serta, tetapi mereka tidak lagi hanya bermain. Kegiatan mereka akan difokuskan untuk pelatihan kemampuan organisasi. 

Rudy sendiri berharap Taman Bacaan Perigi bisa terus membantu Indonesia memajukan edukasi dan literasi, khususnya untuk anak-anak. “Karena tempat bacaan ini bukan hanya tempat membaca buku seperti perpustakaan, namun lebih luas. Kalau di perpustakaan kan hanya datang baca buku dan tidak boleh berisik. Kalau disini mereka yang datang bisa berdiskusi, bermain, pokoknya saat pulang dari sini mereka mendapatkan wawasan baru,” pungkas Rudy kepada Zoleka.